Tarakan. Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan, Alghi Fari Smith, S.S.T, Menghadiri Live Wawancara Borneo TV, Terkait Realita Sosial Kasus HIV Di Kota Tarakan, Pada Senin (07/07/2025) Di Studio Borneo TV.

Kasus HIV di Kota Tarakan masih menjadi perhatian serius bagi Pemerintah dan Masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tarakan, terdapat temuan baru kasus HIV di Tahun 2025.

Dalam wawancara dengan Borneo TV, Alghi Fari Smith, S.S.T, menyatakan bahwa Kota Tarakan penyumbang terbesar HIV/AIDS di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Penanganan kasus HIV masih menghadapi beberapa tantangan. “Saya mengutip pernyataan dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, yang saat itu dijabat Agus Suwandy, mengatakan bahwa jumlah ODHA Tarakan tertinggi di Kaltara. Beliau menambahkan bahwa sejumlah ODHA Lost to Follow Up (LFU). Dengan kata lain ODHA menghilang dari lokus sasaran sehingga petugas tidak bisa pantau dan berikan pendampingan pengobatan. Hal ini sangat mengkhawatirkan bila ODHA masih melakukan seks beresiko sebab berpotensi menularkan pada yang lain,” jelasnya.

Alghi Fari Smith, S.S.T, melihat tren data dari tahun ke tahun, angka HIV/AIDS di Tarakan cukup banyak didominasi oleh laki-laki seks lelaki (LSL). “Dinas Kesehatan Kota Tarakan per 11 September 2024 di Benuanta mengatakan bahwa 66 kasus HIV ditemukan di Tarakan, 26 diantaranya dari homoskes. Saya melihat ini relevan dengan referensi yang pernah saya baca bahwa awal mulanya HIV/AIDS bernama GRID yaitu gay related immune deficiency. LGBT terutama gay berpotensi besar terkena HIV/AIDS,” paparnya.

Alghi Fari Smith, S.S.T yang juga sebagai Sahabat Saksi dan Korban/ SSK LPSK RI menambahkan bahwa Isu LGBT di Tarakan menjadi fenomena dan atensi dari MUI Tarakan, sebab MUI membuat tim pencari fakta terkait LGBT. Ada seorang remaja laki-laki di belakang Islamic Center Tarakan terbunuh disebabkan karena berkelahi rebutan laki-laki. “Isu LGBT di Tarakan harus menjadi atensi masyarakat Tarakan. Adanya kasus pembunuhan di Islamic Center kemarin menunjukkan perilaku seksual menyimpang ini nyata adanya. MUI Tarakan membentuk tim pencari fakta LGBT. Bisa jadi ada fenomena orang yang mau keluar dari lingkaran LGBT mendapatkan ancaman kekerasan yang membahayakan jiwa Oleh karena itu, Saya menghimbau kepada siapa pun yang melihat, mendengar, menyaksikan dan/ atau mengalami kekerasan untuk dapat berani bicara dan lapor. Para korban bisa juga melapor ke Sahabat Saksi dan Korban/ SSK (di nomor telepon 081220596432) untuk kemudian diusulkan mendapatkan perlindungan dari LPSK RI. Bisa jadi ada fenomena orang yang mau keluar dari lingkaran LGBT mendapatkan ancaman kekerasan yang membahayakan jiwa,” ujarnya.

Alghi Fari Smith, S.S.T menekankan pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat tentang HIV. “Kami terus melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang HIV. Hal ini penting dilakukan sebab masih banyak masyarakat yang memberikan stigma/ diskriminasi kepada ODHA. Ada kaitannya HIV/AIDS dengan isu LGBT. Kita tidak membenci orangnya, tapi perilakunya sebab perilaku menjadi LGBT ditinjau dari hukum positif yang ada di Indonesia hal tersebut dilarang apalagi berdasarkan agama lebih ketat lagi larangannya. Pintu masuk HIV/AIDS juga terjadi melalui seks bebas, penyalahgunaan narkoba jenis jarum suntik yang bergantian,” tambahnya.

Dengan berbagai upaya edukasi di tengah masyarakat terkait pemahaman yang baik dan benar tentang HIV/AIDS diharapkan masyarakat tidak lagi memberikan stigma dan diskriminasi kepada ODHA.
“Prinsip bahwa setiap individu itu unik, non diskriminasi, penerimaan klien apa adanya, no judgmental dan seterusnya harus menjadi ruh dalam pendampingan terhadap ODHA. Cukup sering kita lihat dengan adanya stigma yang dilakukan masyarakat, ODHA terusir dari lingkungannya bahkan sampai berujung pada bunuh diri. Artinya apa? HIV/AIDS memang penyakit yang berbahaya sebab belum ada obatnya sampai sekarang, namun ada yang lebih bahaya dari virus itu sendiri yaitu stigma dan diskriminasi terhadap ODHA sehingga mentalnya hancur dan semangat hidupnya padam. Oleh karena itu, ODHA perlu diberi dukungan psikososial dari lingkungan sekitarnya supaya semangat dalam menjalani hidup,” papar Alghi Fari Smith, S.S.T.

https://radartarakan.jawapos.com/tarakan/2416280566/lonjakan-kasus-hivaids-di-tarakan-ketika-ancaman-nyata-datang-dari-seks-bebas-kekerasan-dan-sunyi-dukungan-sosial?page=all

#DINSOSPM_HADIR – (H)umanis, (A)daptif, (D)edikatif, (I)nklusif, (R)esponsif … Melayani Masyarakat Dengan #SMART – (S)enyum, (M)udah, (A)kuntabel, (R)amah, (T)ransparan.

ASNberAKHLAK #banggamelayanibangsa #TarakanSmartCity #Facebook : Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat #Instagram : dinsospm

Sumber : DinsosPM (Danyon UK)

Tinggalkan Balasan